Pulau Tidung: Liburan Seru, Murah, dan Bikin Nagih di Kepulauan Seribu

Pulau Tidung Jujur, awalnya aku sempat meragukan Pulau Tidung. Dalam bayanganku, tempat ini cuma pulau biasa, mungkin terlalu rame, atau malah overrated kayak destinasi wisata lain yang sering viral di medsos. Tapi ternyata, aku salah besar.

Travel Pulau Tidung, yang secara administratif masuk dalam wilayah Kepulauan Seribu Selatan, Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta ini, menyimpan keindahan yang jauh dari ekspektasi awalku. Lokasinya tepatnya di Kelurahan Pulau Tidung, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, DKI Jakarta, Kode Pos 14520. Bisa ditempuh dari Dermaga Kali Adem atau Marina Ancol, perjalanan laut ke sana butuh waktu sekitar 1,5–2 jam tergantung cuaca dan jenis kapal.

Sebelum ke sana, aku sempat baca beberapa blog dan review, tapi belum ada yang benar-benar “ngobrol” dari hati ke hati soal gimana rasanya di sana. Makanya, artikel ini aku tulis sejujur-jujurnya dari pengalaman pribadi. Harapannya, kamu yang baca bisa lebih siap dan menikmati liburanmu dengan maksimal.

Perjalanan Menuju Pulau Tidung: Lebih Mudah dari yang Kukira

Aku berangkat dari Dermaga Kali Adem, Muara Angke. Sebenarnya bisa juga dari Marina Ancol, tapi waktu itu aku pilih yang lebih hemat—naik kapal kayu reguler. Harganya cuma sekitar Rp50.000–Rp70.000 sekali jalan. Lumayan banget kan?

Selama perjalanan, aku sempat mabuk laut sedikit karena ombaknya lumayan. Tapi begitu sampai dan menginjak pasir putihnya Pulau Tidung, semua rasa pusing langsung hilang. Rasanya kayak dibayar lunas sama view yang kece banget. Airnya bening, pantainya bersih, dan suasananya… tenang banget.

Banyak wisatawan lokal yang juga datang hari itu, tapi nggak sampai bikin sesak. Justru terasa hidup, tapi tetap damai. Aku langsung ngerti kenapa banyak orang balik lagi ke sini setelah kunjungan pertama.

Pulau Tidung: Keindahan Alam Tropis yang Bikin Betah Liburan Lama

Penginapan di Pulau Tidung: Murah Tapi Nyaman

Salah satu kekhawatiranku adalah soal penginapan. Tapi ternyata pilihan di Pulau Tidung banyak dan cukup variatif. Aku pribadi pilih homestay sederhana yang dikelola warga lokal. Harganya sekitar Rp250.000 per malam untuk satu kamar yang bisa muat dua orang.

Meski bukan hotel berbintang, kamar itu bersih, ada AC, dan disediakan sarapan. Kadang malah tuan rumahnya ramah banget sampai ngajakin ngobrol dan ngasih tips spot wisata yang jarang diketahui orang. Aku senang banget bisa dapet insight langsung dari orang yang tinggal di sana.

Kalau kamu tipikal yang butuh privasi atau pengin tempat estetik buat foto-foto, ada juga beberapa homestay yang desainnya lebih modern. Intinya, sesuaikan aja sama budget dan kebutuhan.

Aktivitas Seru: Dari Jembatan Cinta sampai Snorkeling di Tengah Laut

Salah satu ikon Pulau Tidung yang paling hits adalah Jembatan Cinta. Panjangnya sekitar 800 meter, menghubungkan Tidung Besar dan Tidung Kecil. Dari situ, kamu bisa lihat laut biru jernih membentang sepanjang mata memandang.

Banyak yang bilang, kalau kamu loncat dari jembatan ini ke laut, cinta kamu bakal langgeng. Entah mitos atau nggak, tapi jujur aku sendiri nyobain loncat. Rasanya? Deg-degan campur excited. Airnya seger banget, bikin nagih.

Setelah puas di Jembatan Cinta, aku ikut paket snorkeling bareng beberapa wisatawan lain. Biayanya kisaran Rp75.000–Rp100.000, udah termasuk alat dan guide. Spot snorkeling-nya keren banget. Terumbu karangnya masih terjaga, dan aku bisa lihat ikan warna-warni berenang di bawah kakiku.

Oh iya, jangan lupa bawa action cam atau minimal HP waterproof, karena momen ini sayang banget kalau nggak diabadikan.

Kuliner Khas Pulau Tidung yang Bikin Kangen

Kalau kamu suka seafood, maka kamu bakalan betah di sini. Waktu malam, aku dan teman-teman mampir ke salah satu warung makan yang masakannya pakai hasil tangkapan nelayan lokal. Ikan bakarnya fresh, sambalnya nendang, dan suasananya hangat banget.

Menu yang wajib kamu coba: ikan bakar, cumi saus tiram, dan sate gurita. Jangan lupa juga nyobain es kelapa muda asli, yang disajikan langsung dari buahnya. Rasanya beda, lebih manis dan segar.

Uniknya, beberapa warga juga bikin olahan rumput laut yang dikemas jadi camilan ringan. Aku beli beberapa bungkus buat oleh-oleh dan ternyata temen-temen di rumah pada suka juga.

Pulau Tidung: Keindahan Alam Tropis yang Bikin Betah Liburan Lama

Kesalahan yang Pernah Kulakukan: Jangan Sampai Kamu Ikut-ikutan

Waktu pertama kali ke Pulau Tidung, aku terlalu excited sampai lupa bawa sunblock. Akibatnya? Kulit jadi gosong parah dan perih selama seminggu. Selain itu, aku juga lupa bawa uang tunai yang cukup. Di sana belum banyak tempat yang nerima pembayaran digital.

Jadi pelajaran banget sih. Sekarang, aku selalu siapin list bawaan, termasuk power bank, sunblock, uang cash, dan sandal jepit cadangan. Biar nggak drama di tengah liburan.

Oh iya, jangan juga terlalu bergantung sama sinyal. Di beberapa area, sinyal bisa lemah. Tapi sebenarnya ini justru jadi momen pas buat disconnect dari dunia luar dan bener-bener menikmati suasana pulau.

Tips Praktis Biar Liburan ke Pulau Tidung Nggak Zonk

Biar kamu nggak mengulang kesalahan yang sama, aku rangkum beberapa tips dari pengalaman pribadi ini:

  1. Berangkat pagi dari dermaga biar dapet waktu lebih panjang di pulau.

  2. Pesan penginapan dari jauh-jauh hari, terutama kalau kamu datang pas weekend atau libur panjang.

  3. Siapkan uang tunai minimal Rp300.000–Rp500.000 untuk jaga-jaga.

  4. Bawa sunblock, topi, dan kacamata hitam biar nggak kebakar matahari.

  5. Jaga kebersihan dan jangan buang sampah sembarangan. Pulau ini indah banget, sayang kalau kita yang bikin rusak.

Momen yang Paling Nggak Terlupakan

Dari semua aktivitas yang aku lakukan, yang paling berkesan adalah sunset di tepi pantai Pulau Tidung. Aku duduk di pinggir pantai, kaki mainin pasir, sambil liatin matahari tenggelam perlahan di ujung laut. Warnanya oranye keemasan, langitnya pelan-pelan berubah jadi ungu.

Waktu itu, aku nggak pegang HP sama sekali. Aku cuma diem, menikmati. Dan saat itu, aku merasa damai banget. Sesuatu yang jarang banget aku rasain di kota. Mungkin ini alasan kenapa aku ngerasa wajib balik lagi ke sini.

Pulau Tidung: Keindahan Alam Tropis yang Bikin Betah Liburan Lama

Pulau Tidung Cocok Buat Siapa?

Pulau Tidung cocok buat siapa aja yang pengin kabur sebentar dari hiruk-pikuk kota. Baik kamu solo traveler, pasangan, atau bawa keluarga, semuanya bisa menikmati tempat ini. Suasananya aman, penduduknya ramah, dan fasilitasnya cukup lengkap.

Kalau kamu suka aktivitas luar ruangan, ini tempat yang pas buat kamu. Tapi kalau kamu cuma pengin rebahan santai di pinggir pantai juga sah-sah aja. Pulau ini fleksibel banget.

Dan yang paling penting, biaya liburan ke Pulau Tidung itu relatif murah. Nggak perlu keluar negeri buat dapet pengalaman healing yang autentik dan seru.

Kenapa Aku Pasti Balik Lagi ke Pulau Tidung

Pulau Tidung udah jadi salah satu tempat favoritku di sekitar Jakarta. Bukan cuma karena pemandangannya yang indah, tapi juga karena pengalaman yang aku dapet di sana. Tempat ini ngajarin aku buat lebih menghargai alam, bersyukur, dan lepas sejenak dari tekanan hidup.

Aku yakin, setiap orang yang ke sana pasti pulang dengan cerita masing-masing. Dan menurutku, itu salah satu hal terbaik dari sebuah perjalanan. Nggak cuma soal tempatnya, tapi juga soal bagaimana tempat itu bikin kita merasa.

Jadi kalau kamu belum pernah ke Pulau Tidung, aku saranin banget buat masukin ini ke daftar destinasi kamu selanjutnya. Siapin waktu, siapkan hati, dan nikmati keindahan yang nggak bisa dibeli dengan uang.

(more…)

Continue ReadingPulau Tidung: Liburan Seru, Murah, dan Bikin Nagih di Kepulauan Seribu

Puncak Becici: Pengalaman yang Nggak Bisa Aku Lupa

Puncak Becici Waktu itu aku lagi scroll Instagram, iseng-iseng nyari tempat wisata di Jogja yang nggak terlalu mainstream. Eh, muncul foto-foto hutan pinus yang damai banget. Setelah aku telusuri, ternyata itu Puncak Becici . Sumpah, aku langsung kepincut. Apalagi katanya tempat ini sering jadi spot foto prewedding karena view-nya luar biasa.

Beberapa hari kemudian, aku ngajak temen buat roadtrip kecil ke Bantul. Travel Dari Jogja Kota ke Dlingo, perjalanannya cuma sekitar satu jam. Tapi deh, makin mendekati lokasi, suasananya berubah drastis—semakin sejuk, semakin sunyi, dan serius makin banyak pohon pinus yang menjulang tinggi. Alamat dari Puncak Becici📍 Dusun Gunung Cilik , Desa Muntuk, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Yogyakarta 55783.

Puncak Becici Kesan Pertama yang Bikin Takjub

Begitu sampai di parkiran Puncak Becici, hal pertama yang saya rasain adalah udara segar. Beneran berbeda dari udara kota. Aku langsung ambil napas dalam-dalam dan rasanya kayak… refresh otak!

Area wisatanya sendiri tertata rapi, penuh papan kayu penunjuk arah, warung kopi kecil, dan area duduk dari kayu. Semua terasa alami tapi tetap nyaman. Pas masuk ke hutan pinusnya, aku langsung ngeerti kenapa banyak orang jatuh cinta sama tempat ini.

Puncak Becici: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Hati Tenang

Puncak Becici Berburu Sunset yang Magis

Salah satu alasan utama saya pengen banget ke Puncak Becici adalah karena katanya, matahari terbenam di sana itu luar biasa. Dan itu bukan cuma omongan kosong. Sore hari, aku duduk di salah satu gardu pandang dari kayu, ditemani kopi hangat dari warung lokal.

Langit mulai berubah warna, dari biru terang menjadi jingga keemasan. Cahaya matahari yang menembus celah pepohonan pinus itu—masya Allah, indahnya bukan yang utama. Aku sempat diem, nggak ngapa-ngapain, cuma duduk dan menikmati. Rasanya damai banget.

Puncak Becici Ngobrol Sama Penjaga dan Belajar Banyak Hal

Salah satu momen yang paling berkesan adalah saat saya bekerja sama dengan penjaga yang lagi menjaga kebersihan di sana. Namanya Pak Sardi, beliau sudah bekerja di sana sejak awal tempat ini dibuka.

Pak Sardi cerita kalau dulu, sebelum viral, Puncak Becici cuma hutan biasa. Tapi warga lokal punya ide untuk menjadikannya tempat wisata berbasis alam. Mereka bekerja bareng-bareng, bikin spot selfie, tempat duduk, dan bahkan jembatan kayu buat akses lebih nyaman.

Tempat Ini Cocok Untuk Siapa Aja

Yang aku suka dari Puncak Becici adalah momennya. Tempat ini cocok untuk banyak tipe traveler. Mau kamu solo traveler yang nyari ketenangan, pasangan yang mencari tempat romantis, atau keluarga yang mau piknik, semua bisa.

Ada ayunan kayu, spot hammock, gardu pandang, bahkan area outbound untuk anak-anak. Suasananya juga tenang, nggak terlalu ramai kayak Malioboro atau pantai di Jogja.

Masalah yang Aku Alami (dan Cara Menghindarinya)

Nggak semuanya sempurna sih. Waktu aku ke sana, aku lupa membawa jaket. Padahal, pas menjelang malam, suhu mulai turun dan angin mulai berhembus agak kencang. Aku sempat mengakhirinya dan akhirnya numpang hangat di dekat warung kopi.

Selain itu, akses sinyal juga agak sulit di beberapa titik. Jadi, pastikan kamu tidak terlalu bergantung sama Google Maps atau internet buat cari arah pulang.

Kopi Puncak Becici: Rasa Lokal yang Menghangatkan

Saya sempat mampir ke warung kopi kecil yang ada di dekat pintu masuk. Namanya “Kopi Becici”. Mereka memakai biji kopi lokal dari daerah sekitar Dlingo. Aku pesen kopi tubruk dan pisang goreng, dan itu kombinasi paling mantap buat nemenin sore.

Sambil ngopi, aku ngobrol sama mas-mas baristanya. Katanya, warung kopi ini jadi tempat nongkrong favorit fotografer yang menunggu senja. Mereka saling berbagi tempat terbaik untuk mengambil gambar.

Tempat Tidur di Sekitar Puncak Becici

Sebagai orang yang suka perjalanan spontan, saya tidak memesan penginapan dulu. Tapi ternyata banyak pilihan homestay dan glamping di sekitar area. Saya akhirnya nemu tempat bernama “D’Kayon Glamping”, hanya 10 menit dari Puncak Becici. Tenda-tendanya nyaman, dan pemandangan pagi harinya langsung menghadap lembah.

Kalau kamu lebih suka tidur di tempat nyaman, bisa cari penginapan di daerah Imogiri atau bahkan kembali ke pusat kota Jogja. Tapi menurutku, bermalam dekat Becici lebih berkesan sih.

Puncak Becici: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Hati Tenang

Waktu Terbaik Buat ke Puncak Becici

Buat kamu yang pengen merasakan getaran terbaik dari tempat ini, saya saranin datang di hari kerja. Karena di akhir pekan, agak ramai sama pengunjung lokal. Selain itu, musim kemarau (sekitar Mei – Oktober) lebih cocok karena langit lebih cerah.

Kalau kamu datang musim hujan, ya siap-siap aja bawa jas hujan atau payung, soalnya kadang hujan bisa turun mendadak.

Pelajaran yang Aku Petik dari Puncak Becici

Setelah dari Puncak Becici, aku ngerasa lebih tenang. Kadang-kadang, kita tuh butuh tempat yang bisa membuat kita berhenti sejenak dari rutinitas. Nggak harus mahal, nggak harus jauh-jauh. Kadang-kadang, yang kita butuhkan hanya udara segar, pohon-pohon tinggi, dan langit jingga.

Dan satu hal lagi: alam itu selalu ngajarin kita buat lebih sabar, lebih sadar, dan lebih bersyukur. Tidak ada suara klakson, tidak ada notifikasi HP, hanya suara angin dan langkah kaki yang pelan.

Kenapa Kamu Harus Coba ke Sini Sekali Seumur Hidup

Puncak Becici bukan sekadar destinasi wisata, tapi juga tempat menemukan jati diri. Serius. Di sana, aku belajar buat diem sejenak dan nikmati momen. Kadang-kadang, hidup tuh nggak harus ngebut terus.

Dan yang paling aku suka: tempat ini masih alami. Belum terlalu dikomersialisasi kayak tempat wisata besar lainnya. Jadi, rasanya tuh masih asli banget.

Kalau kamu butuh liburan yang nggak ribet tapi penuh makna, coba deh ke Puncak Becici. Ambil motor atau mobil, ajak teman atau sendiri aja, dan bawa pulang kenangan yang nggak akan kamu lupain.

Puncak Becici: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Hati Tenang

Worth It Banget Buat Dikunjungi

Setelah semua pengalaman itu, saya bisa bilang: ya, Puncak Becici layak banget dikunjungi. Tempat ini punya semua yang kita cari untuk liburan singkat—pemandangan indah, suasana tenang, makanan hangat, dan orang-orang lokal yang ramah.

Jadi kalau kamu sudah capek sama keramaian kota, stres kerjaan, atau cuma pengen rehat sejenak, masukkan Puncak Becici dalam daftar destinasi kamu berikutnya.

Dan satu pesan terakhir: jangan cuma foto-foto, tapi nikmati beneran tiap detiknya. Karena kadang-kadang, keindahan tidak perlu dibagikan ke feed—cukup disimpan dalam hati.
(more…)

Continue ReadingPuncak Becici: Pengalaman yang Nggak Bisa Aku Lupa

Pantai Timang Gondola: Keindahan Alam dan Sensasi Ekstrem

 Pantai Timang Gondola Sebelum aku cerita panjang lebar soal pengalaman naikgondolayang deg-degan itu, kamu perlu tahu dulu alamat lengkap dariPantai Timang Gondolaini. Lokasinya ada di: Dusun Danggolo , Desa Purwodadi, Kecamatan Tepus, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta 55881

Akses travel ke tempat ini memang agak menantang, tapi tenang, nanti aku kasih bocoran rute dan kendaraan terbaik. Karena jujur ​​aja, perjuangan ke sana itu udah jadi bagian dari pengalaman yang nggak terlupakan.

Awal Mula Tertarik ke Pantai Timang Gondola

Waktu pertama kali denger tentang Pantai Timang Gondola, aku langsung mikir, “Oh,pantaibiasa lagi.” Tapi ternyata aku salah besar. Yang bikin beda adalah gondola tradisionalnya . Itu loh, semacam kereta gantung manual yang ditarik pakai tali oleh warga setempat—bukan mesin.

Gondola Pantai Timang: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Lupa Pulang

Pantai Timang Gondola Perjalanan yang Bikin Campur Aduk 

Untuk mencapai Pantai Timang Gondola, aku berangkat dari pusat kota Jogja. Perjalanan pakai motor sekitar dua sampai dua setengah jam. Bisa juga pakai mobil atau sewa jeep kalau rame-rame. Tapi jujur, jalanan di pantai ini agak ekstrim. Setelah sampai area parkir, ada dua pilihan: naik ojek lokal atau jalan kaki sejauh kira-kira 1,5 kilometer.

Aku pilih naik ojek. Kenapa? Karena jalurnya batu-batu besar dan penuh tanjakan. Bayangin naik roller coaster, tapi ini di atas motor. Rasanya campur aduk antara takut dan bersemangat.

Begitu Sampai: Pemandangan yang Bikin Terdiam

Sampai di lokasi, semua rasa pegal langsung hilang. Serius, pemandangan Pantai Timang Gondola itu luar biasa indah. Air lautnya biru banget, batu karangnya besar-besar, dan ombaknya mengamuk dengan penuh tenaga. Rasanya seperti nonton film petualangan langsung dari layar lebar, tapi ini nyata!

Dari perkenalannya, saya sudah bisa melihat gondola yang digantung di antara dua tebing. Hati mulai deg-degan. Saya sempat mikir, “Gue beneran mau naik itu?” Tapi ya, masa sudah sejauh ini cuma nonton?

Naik Gondola: Antara Nekat dan Nnggak Mau Kalah

Akhirnya saya mendaftar ke petugas, bayar tiket sekitar Rp150.000 (harga bisa berubah ya, jadi dulu sebelum berangkat). Satu orang satu kali jalan. Bisa juga naik jembatan gantung kalau kamu kurang suka ekstrem.

Waktu duduk di gondola kayu itu, rasanya seperti kembali ke zaman dulu. Tidak ada pengamanan modern. Cuma tali, katrol, dan tangan-tangan kuat warga lokal yang narik dari seberang.

Ketika gondola mulai ditarik, jantung aku rasanya mau copot. Angin laut kenceng banget, ombak di bawah menggila, dan suara tali yang bergesekan menambah drama. Tapi anehnya, aku merasa hidup banget. Ini lebih dari sekedar wisata—ini semacam ujian nyali.

Sampai di Batu Karang: Rasanya Jadi Pemenang

Setelah sekitar 1 menit yang terasa seperti 10, saya tiba di Pulau Timang—sebuah karang besar yang menjadi tujuan akhir Pantai Timang Gondola. Dari sini, saya bisa melihat pantai dari sisi yang berbeda. Lebih pembohong, lebih alami, dan lebih menantang.

Banyak yang bilang, tempat ini cocok banget buat foto-foto. Dan bener sih, hasil fotonya keren parah! Tapi lebih dari sekedar foto, ada rasa puas tersendiri karena berhasil menaklukkan ketakutan sendiri.

Gondola Pantai Timang: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Lupa Pulang

Kenapa Warga Masih Pakai Gondola Ini?

Kalau kamu mikir, “Kenapa nggak pakai jembatan aja dari dulu?” Nah, awalnya gondola ini bukan untuk wisata, tapi buat nelayan lokal yang mau ambil lobster di Pulau Timang. Mereka membawa peralatan lewat gondola karena tidak ada cara lain.

Jadi, gondola ini punya nilai sejarah dan budaya. Dan warga masih merawatnya sampai sekarang karena itu bagian dari tradisi mereka. Ini juga membuat kita belajar soal kerja keras dan keberanian mereka.

Tips Buat Kamu Yang Mau Coba

Nah, kalau kamu berencana ke sini, aku punya beberapa tips biar pengalamanmu maksimal:

  1. Datang pagi atau sore. Cuacanya lebih bersahabat, dan sinar matahari tidak terlalu menyengat.

  2. Bawa uang tunai. Sinyal dan mesin ATM tidak selalu bisa diandalkan di sana.

  3. Gunakan sepatu yang nyaman. Jalanan licin dan berbatu, jadi sandal jepit bukan pilihan terbaik.

  4. Siapkan mental. Kalau kamu takut ketinggian, mungkin butuh waktu untuk berani naik gondola.

  5. Hormati warga lokal. Mereka yang narik gondola itu bukan operator biasa—mereka pahlawan lokal.

Momen Frustasi yang Nggak Terlupakan Pantai Timang Gondola

Oke, aku juga harus jujur. Ada suatu saat waktu saya hampir batal naik Pantai Timang Gondola karena angin tiba-tiba kencang banget. Petugas sampai bilang, “Mas, tunggu sebentar ya, ini nggak aman kalau dipaksakan.”

Aku menunggu hampir setengah jam, dan mulai frustasi. Dalam hati, “Gue udah jauh-jauh ke sini, masa batal?” Tapi di situlah pelajarannya—alam bukan dibuat ditantang, tapi dihormati.

Waktu angin reda, aku akhirnya bisa melanjutkan. Dan justru karena sempat menunggunya, momen naiknya jadi lebih berkesan.

Pelajaran yang Aku Dapatkan

Kalau ditanya, “Apa sih yang kamu pelajari dari naikgondola di Pantai Timang Gondola?” Jawabannya banyak.

Aku belajar buat mengatasi rasa takut. Belajar percaya sama orang lain—dalam hal ini warga lokal yang narik gondola. Dan yang paling penting, saya belajar bahwa kadang hal paling seru dalam hidup itu datang setelah kita keluar dari zona nyaman.

Gondola Pantai Timang: Keindahan Alam Jogja yang Bikin Lupa Pulang

Pantai Timang Gondola Apakah Worth It?

Buat aku pribadi, pengalaman ke Pantai Timang Gondola ini sangat berharga. Memang tidak mudah, tiketnya mungkin agak mahal bagi sebagian orang, dan ada rasa takut yang nyata. Tapi semua itu dibayar lunas sama sensasi dan pemandangan yang nggak bisa didapat di tempat lain.

Kalau kamu suka tantangan dan pengin pengalaman wisata yang berbeda dari biasanya, berikut penjelasannya.

Pantai Timang Gondola Jangan Cuma Lihat, Coba Sendiri!

Akhir kata, jangan cuma puas lihat foto atau video orang lain. Datang dan rasakan sendiri. Tapi ingat, selalu utamakan keselamatan dan ikuti aturan lokal. Karena wisata seperti ini hanya bisa kami nikmati kalau kami juga menjaga dan menghormatinya.

Jadi, kamu siap naikgondolalegendarisPantai Timang
(more…)

Continue ReadingPantai Timang Gondola: Keindahan Alam dan Sensasi Ekstrem