Ganjil Genap Jakarta, gue udah tinggal di Jakarta hampir 7 tahun. Dari zaman aturan ganjil genap pertama kali diterapin buat ngurangin macet jelang Asian Games 2018, sampai sekarang yang areanya makin luas dan jamnya makin panjang.

Dulu, gue selalu punya pandangan sinis:

“Ini mah bukan solusi, cuma ngatur-ngatur doang.”

Karena ya gitu, gue ngerasa ganjil genap cuma bikin gue repot muter-muter cari jalan alternatif, nambah bensin, dan sering telat ke kantor.

Tapi satu hari, kejadian yang cukup “ngehantam” gue dari dua sisi—kantong dan kesadaran—mulai ngubah sudut pandang gue.

Gue Awalnya Nganggep Ganjil Genap Itu “Drama Tambahan” di Hidup Kota

Kena Tilang Elektronik di Hari yang Lagi Apes-Apesnya

Hari itu tanggal genap. Tapi karena gue bangun kesiangan dan buru-buru banget, gue gak ngeh bahwa pelat mobil gue ganjil. Gue nekat masuk Sudirman jam 7.45 pagi.

Seminggu kemudian, notifikasi tilang dari ETLE (Electronic Traffic Law Enforcement) masuk ke email.

Foto jelas banget. Pelat gue, waktu, lokasi, semua gak bisa dibantah.

Dan dendanya? Rp 500.000.
Rasanya campur aduk. Kaget, nyesel, dan juga… malu.

Tapi setelah kejadian itu, gue mulai mikir: “Oke, mungkin gue yang salah. Tapi kenapa sih aturan ini begitu penting sampai dikawal segitunya?”

Mulai Cari Tahu: Ternyata Ganjil Genap Bukan Sekadar Ngatur Plat Nomor

Setelah gue baca-baca (dan sempat ngobrol sama temen yang kerja di Dishub), gue baru paham:

Ganjil Genap itu bukan aturan iseng. Tapi bagian dari manajemen lalu lintas kota besar.

Tujuannya?

1. Mengurangi volume kendaraan pribadi di jam sibuk

2. Menekan polusi udara

3. Mendorong masyarakat pakai transportasi umum

4. Mengurangi stres akibat kemacetan yang parah

Dan dari data Pemprov DKI Jakarta, setelah sistem ganjil genap diperluas, volume kendaraan turun sampai 25–30% di beberapa ruas jalan utama.

Gue mulai sadar, ini bukan cuma soal kenyamanan pribadi. Tapi soal kepentingan kolektif.

Gimana Dampaknya ke Aktivitas Sehari-hari Gue?

Setelah insiden tilang itu, gue mulai ubah gaya hidup. Sekarang, gue lebih:

• Sadar jadwal ganjil genap (ada aplikasinya kok sekarang!)

• Pakai transportasi umum kayak MRT, TransJakarta, atau KRL di hari “terlarang”

• Nebeng sama temen kantor yang plat-nya sesuai

• Ngatur jadwal meeting biar gak tabrakan sama jam rawan tilang

Dan lo tau? Awalnya gue mikir semua itu ribet. Tapi ternyata, justru sekarang gue lebih efisien. Gue bisa kerja di MRT pakai laptop, gak stress mikirin parkir, dan hemat bensin banget.

Masalah yang Masih Sering Terjadi

Meskipun gue udah bisa adaptasi, tapi tetap ada tantangan yang bikin ganjil genap ini terasa “nggak adil” bagi sebagian orang:

1. Belum Semua Wilayah Terjangkau Transportasi Umum

Kalau lo tinggal di pinggiran kayak Depok, Bekasi, atau Cileungsi, akses ke MRT atau busway bisa jadi PR besar. Ini bikin ganjil genap terasa “memaksa.”

2. Pengecualian yang Bikin Bingung

Gue sempat denger kalau kendaraan listrik, ambulans, dan beberapa instansi tertentu dibebaskan dari aturan. Tapi sosialisasinya minim. Banyak orang yang gak tahu atau salah kaprah.

3. Jalan Alternatif Jadi Padat

Karena banyak orang menghindari jalur ganjil genap, jalan-jalan tikus jadi macet total. Ini malah pindahin masalah, bukan menyelesaikan, dikutip dari laman resmi Kompas Otomotif.

Hal Positif yang Gak Pernah Gue Sadari Sebelumnya

Setelah beberapa bulan hidup “taat ganjil genap”, gue dapet pelajaran menarik:

• Gue jadi lebih disiplin dan aware soal waktu.

• Mulai menghargai keuntungan transportasi umum (khususnya MRT yang cepat dan adem!)

• Jadi tau cara mengatur rute cadangan dan alternatif.

Dan yang paling gak disangka…

Gue punya waktu lebih buat baca buku dan istirahat karena gak harus nyetir terus.

Tips Buat Lo yang Mau Lebih Damai Sama Ganjil Genap Jakarta

1. Download aplikasi Info Ganjil Genap atau Cek ETLE. Biar gak kena tilang dadakan.

2. Gabung grup Waze atau Telegram info jalan. Banyak yang share update rute bebas.

3. Pertimbangkan kendaraan umum atau sewa mobil plat lawan.

4. Kalau bisa, minta remote atau hybrid working. Banyak kantor mulai fleksibel kok.

5. Ingat: aturan ini bukan buat nyusahin, tapi buat ngatur. Dan kalau kita ngikutin, efeknya bisa dirasain bareng-bareng.

Penutup: Ganjil Genap Bukan Solusi Sempurna, Tapi Titik Awal Kesadaran Kolektif

Gue gak bilang sistem ini sempurna. Tapi dari pengalaman gue pribadi, aturan ganjil genap bukan sekadar aturan lalu lintas—tapi juga sinyal bahwa kota ini pengen lebih rapi, lebih sehat, dan lebih manusiawi.

Dan kadang, perubahan besar dimulai dari plat nomor yang sesuai tanggal.

Kalau lo pernah juga kena tilang gara-gara lupa ganjil genap, atau justru punya strategi unik ngatasin ribetnya aturan ini, share cerita lo. Kita ngobrol, tukar pengalaman.

Baca Juga Artikel dari: Pengalaman Nonton Hujan Meteor Lyrid: Momen Langit

Baca Juga Konten dengan Artikel Terkait Tentang: Informasi